Sebelum masuk lebih dalam mengenai cerita-cerita tim Bina Swadaya Konsultan dalam menjalankan misi pemberdayaan masyarakatnya, ada baiknya mengenal wilayah-wilayah kajian (assesment) dalam program Pengurangan Risiko Bencana sebagai isu utama yang diusungnya dalam program panjang ini.
Desa Noebesa
Noebesa merupakan desa wilayah kajian
yang letaknya paling dekat dengan kantor proyek (Soe) yaitu sekitar 32 km. Desa
yang terletak di Kecamatan Amanuban Tengah ini merupakan salah satu desa dengan
potensi mangan cukup besar di Kabupaten TTS. Sebagai salah satu desa yang
terintervensi perusahaan tambang, akses jalan menuju desa pun bisa dibilang
sudah cukup baik. Jalan tanah berbatu dengan lebar badan jalan kurang lebih 5
meter merupakan akses utama yang banyak dilalui warga untuk menjangkau desa
ini. Walau begitu, di beberapa titik masih terdapat lubang-lubang jalan akibat
pengikisan oleh air hujan dan intensitas lalu lalang mobil proyek. Kemiringan
lereng jalan yang curam (sekitar 300) juga menjadi salah satu hal
yang cukup menantang adrenalin saat melintasi jalan menuju Desa Noebesa.
jalan tanah berbatu dan curam menuju Desa Noebesa, Timor Tengah Selatan, NTT |
Desa
Nakfunu
Desa ketiga yang
menjadi wilayah kajian dalam program PRB terintegrasi perubahan iklim dan
manajemen ekosistem yang dilakukan oleh Bina Swadaya adalah desa Nakfunu.
Sebagai desa yang secara administratif masuk dalam Kecamatan Amanuban Tengah
ini, Desa Nakfunu menjadi wilayah kajian terdekat kedua setelah Desa Noebesa
(yaitu berjarak sekitar 35 km dari kantor proyek di Soe). Akan tetapi, jarak
yang relative dekat ini tidak menjadikan jarak tempuh menuju desa ini menjadi
lebih cepat. Pasalnya, akses jalan yang yang harus dilalui tim menuju Desa
Nakfunu sangat berbahaya. Sepanjang perjalanan, tim akan ‘disambut’ dengan lubang-lubang
jalanan yang bila tidak berhati-hati saat melewatinya, akan mengancam
keselamatan si pejalan (tim). Terlebih lagi ada satu titik (sangat) rawan yang
harus dilalui tim untuk menjangkau desa ini. Dikatakan sangat rawan karena pada
titik itu, jalan yang harus dilewati adalah jalan dengan kemiringan sangat
curam (kurang lebih 450) dan karakter tanah jalan yang licin (tanah
liat putih).
jalan tanah liat licin menuju Desa Nakfunu |
'jalur maut' menuju Desa Nakfunu, Timor Tengah Selatan, NTT (sebelah kanan adalah longsoran tanah menuju jurang) |
Tidak
adanya pagar pembatas tepi jalan membuat para pejalan yang melewati titik ini
harus ekstra hati-hati karena berhadapan langsung dengan jurang yang siap
menelan korban kapan saja. Kondisi ini semakin parah bila musim hujan tiba.
Karakter tanah liat yang semakin licin bila tersiram guyuran hujan inilah yang
memaksa para pejalan tidak dapat melalui jalan ini dengan kendaraannya, baik
roda dua apalagi roda empat (mobil). Bila sudah begini, para pejalan yang
hendak menjangkau Desa Nakfunu ini harus berjalan kaki sejauh kurang lebih 2 km
untuk melewati titik rawan ini.
Desa
Oinlasi
Secara administratif, Desa Oinlasi merupakan desa yang berada pada
satu kecamatan yang sama dengan Desa Nunleu yaitu di Kecamatan Amanatun
Selatan. Desa yang juga menjadi ibukota kecamatan Amanatun Selatan ini berjarak
sekitar 49 km dari Kota Soe (kantor proyek). Akses jalan yang dilalui untuk
mencapai desa ini sama dengan jalan yang dilalui untuk menuju Desa Nunleu. Di
beberapa titik menuju desa ini ditemukan beberapa kondisi jalan yang sangat
buruk dengan beberapa lubang dan badan jalan yang rusak. Tak berbeda jauh
dengan desa tetangganya (Desa Nunleu), pendamping harus ekstra hati-hati dalam
mengendarai kendaraan bermotornya untuk melewati beberapa titik jalan di desa
ini. Namun begitu, jalan desa yang hamper setiap harinya ramai dilalui
kendaraan, baik roda dua maupun roda empat (bus) merupakan akses utama penduduk
untuk mencapai desa-desa di sekitarnya.
jalan menuju Desa Oinlasi dan Desa Nunleu, Timor Tengah Selatan, NTT |
Desa Nunleu
Desa Nunleu adalah desa yang terletak
di ujung timur Kecamatan Amanatun Selatan dan merupakan desa terjauh (dari
kantor proyek) yang menjadi daerah kajian dalam program ini. Jarak perjalanan
yang ditempuh sampai sekitar 60 km dengan kondisi jalan yang berlubang dan
melewati beberapa titik jalan yang sangat curam, menjadi tantangan tersendiri
bagi tim khususnya pendamping desa ini (Mikson Kase). Untuk itu, kendaraan yang
digunakan oleh para pendamping juga menjadi hal utama yang harus diperhatikan
dalam menjalankan kegiatan dan tugas-tugas pendampingan nantinya. Sebelum
sampai di Desa Nunleu, dalam perjalanannya pendamping harus melewati bagian
wilayah Desa Kokoi bernama Oenitas dimana terdapat satu titik longsor (seluas
kurang lebih 500 m) yang merusak badan jalan sehingga sedikit rumit untuk dapat
dilalui.
No comments:
Post a Comment