Friday 10 May 2013

Tentang Wilayah Kajian


Sebelum masuk lebih dalam mengenai cerita-cerita tim Bina Swadaya Konsultan dalam menjalankan misi pemberdayaan masyarakatnya, ada baiknya mengenal wilayah-wilayah kajian (assesment) dalam program Pengurangan Risiko Bencana sebagai isu utama yang diusungnya dalam program panjang ini. 

Desa Noebesa
Noebesa merupakan desa wilayah kajian yang letaknya paling dekat dengan kantor proyek (Soe) yaitu sekitar 32 km. Desa yang terletak di Kecamatan Amanuban Tengah ini merupakan salah satu desa dengan potensi mangan cukup besar di Kabupaten TTS. Sebagai salah satu desa yang terintervensi perusahaan tambang, akses jalan menuju desa pun bisa dibilang sudah cukup baik. Jalan tanah berbatu dengan lebar badan jalan kurang lebih 5 meter merupakan akses utama yang banyak dilalui warga untuk menjangkau desa ini. Walau begitu, di beberapa titik masih terdapat lubang-lubang jalan akibat pengikisan oleh air hujan dan intensitas lalu lalang mobil proyek. Kemiringan lereng jalan yang curam (sekitar 300) juga menjadi salah satu hal yang cukup menantang adrenalin saat melintasi jalan menuju Desa Noebesa. 
jalan tanah berbatu dan curam menuju Desa Noebesa, Timor Tengah Selatan, NTT

Desa Nakfunu
Desa ketiga yang menjadi wilayah kajian dalam program PRB terintegrasi perubahan iklim dan manajemen ekosistem yang dilakukan oleh Bina Swadaya adalah desa Nakfunu. Sebagai desa yang secara administratif masuk dalam Kecamatan Amanuban Tengah ini, Desa Nakfunu menjadi wilayah kajian terdekat kedua setelah Desa Noebesa (yaitu berjarak sekitar 35 km dari kantor proyek di Soe). Akan tetapi, jarak yang relative dekat ini tidak menjadikan jarak tempuh menuju desa ini menjadi lebih cepat. Pasalnya, akses jalan yang yang harus dilalui tim menuju Desa Nakfunu sangat berbahaya. Sepanjang perjalanan, tim akan ‘disambut’ dengan lubang-lubang jalanan yang bila tidak berhati-hati saat melewatinya, akan mengancam keselamatan si pejalan (tim). Terlebih lagi ada satu titik (sangat) rawan yang harus dilalui tim untuk menjangkau desa ini. Dikatakan sangat rawan karena pada titik itu, jalan yang harus dilewati adalah jalan dengan kemiringan sangat curam (kurang lebih 450) dan karakter tanah jalan yang licin (tanah liat putih).

jalan tanah liat licin menuju Desa Nakfunu


'jalur maut' menuju Desa Nakfunu, Timor Tengah Selatan, NTT
(sebelah kanan adalah longsoran tanah menuju jurang)

Tidak adanya pagar pembatas tepi jalan membuat para pejalan yang melewati titik ini harus ekstra hati-hati karena berhadapan langsung dengan jurang yang siap menelan korban kapan saja. Kondisi ini semakin parah bila musim hujan tiba. Karakter tanah liat yang semakin licin bila tersiram guyuran hujan inilah yang memaksa para pejalan tidak dapat melalui jalan ini dengan kendaraannya, baik roda dua apalagi roda empat (mobil). Bila sudah begini, para pejalan yang hendak menjangkau Desa Nakfunu ini harus berjalan kaki sejauh kurang lebih 2 km untuk melewati titik rawan ini. 



Desa Oinlasi
Secara administratif,  Desa Oinlasi merupakan desa yang berada pada satu kecamatan yang sama dengan Desa Nunleu yaitu di Kecamatan Amanatun Selatan. Desa yang juga menjadi ibukota kecamatan Amanatun Selatan ini berjarak sekitar 49 km dari Kota Soe (kantor proyek). Akses jalan yang dilalui untuk mencapai desa ini sama dengan jalan yang dilalui untuk menuju Desa Nunleu. Di beberapa titik menuju desa ini ditemukan beberapa kondisi jalan yang sangat buruk dengan beberapa lubang dan badan jalan yang rusak. Tak berbeda jauh dengan desa tetangganya (Desa Nunleu), pendamping harus ekstra hati-hati dalam mengendarai kendaraan bermotornya untuk melewati beberapa titik jalan di desa ini. Namun begitu, jalan desa yang hamper setiap harinya ramai dilalui kendaraan, baik roda dua maupun roda empat (bus) merupakan akses utama penduduk untuk mencapai desa-desa di sekitarnya.

jalan menuju Desa Oinlasi dan Desa Nunleu, Timor Tengah Selatan, NTT


Desa Nunleu
Desa Nunleu adalah desa yang terletak di ujung timur Kecamatan Amanatun Selatan dan merupakan desa terjauh (dari kantor proyek) yang menjadi daerah kajian dalam program ini. Jarak perjalanan yang ditempuh sampai sekitar 60 km dengan kondisi jalan yang berlubang dan melewati beberapa titik jalan yang sangat curam, menjadi tantangan tersendiri bagi tim khususnya pendamping desa ini (Mikson Kase). Untuk itu, kendaraan yang digunakan oleh para pendamping juga menjadi hal utama yang harus diperhatikan dalam menjalankan kegiatan dan tugas-tugas pendampingan nantinya. Sebelum sampai di Desa Nunleu, dalam perjalanannya pendamping harus melewati bagian wilayah Desa Kokoi bernama Oenitas dimana terdapat satu titik longsor (seluas kurang lebih 500 m) yang merusak badan jalan sehingga sedikit rumit untuk dapat dilalui. 

No comments:

Post a Comment