Friday 8 March 2013

Uji Coba Instrumen Kajian : sebuah refleksi dan pembelajaran


Pengalaman adalah guru terbaik. Begitulah orang bijak berpetuah. Dalam banyak hal, pengalaman baik itu menyenangkan maupun pengalaman buruk sekalipun, akan memberikan pelajaran. “Dengan mendengar maka kita akan tahu, dengan melihat maka kita akan mengingat, dan dengan melakukan maka kita akan merasakan” adalah pepatah usang yang semakin menegaskan bahwa proses belajar yang paling baik tidak hanya dengan mendengarkan dan membaca melainkan juga dengan ikut terlibat di dalamnya. Atas dasar itulah kegiatan uji coba instrumen kajian dilakukan sebagai tahap awal pelaksanaan program PRB ini. Karena tujuan awal program ini berfokus pada pengidentifikasian kondisi masyarakat terkait isu PRB, perubahan iklim dan manajemen ekosistem, maka memastikan ketepatan instrumen dan teknik (metodologi) yang digunakan dalam kajian adalah hal yang perlu dilakukan. Mengapa perlu? Hal ini jelas tergambar pada kalimat pembuka tulisan ini, bahwa dengan tim melakukan ujicoba (simulasi) kajian dengan beberapa instrumen yang telah ditentukan maka mereka akan dapat mengambil pelajaran dan merefleksikan hal-hal yang dapat mendukung dan menghambat dalam pelaksanaan kajian nantinya. Sebagai informasi, terdapat beberapa instrumen kajian yang direncanakan akan digunakan selama kajian diantaranya peta desa, transek desa, pedoman wawancara sejarah desa, diagram venn, kalender musim (mata pencaharian, kegiatan kemasyarakatan, dan musim kebencanaan), kuisioner profil pendapatan dan pengeluaran keluarga,  jam aktivitas keluarga, identifikasi akses dan kontrol, serta peringkat kesejahteraan. Namun, karena keterbatasan waktu, ujicoba terhadap semua instrumemen tersebut menjadi tidak mungkin. Sehingga pada akhirnya, tim memutuskan menguji dua instrumen kajian yang dianggap dapat mengungkapkan informasi-informasi dasar kajian, yaitu peta desa dan kalender musim. Beberapa pembelajaran yang didapat dari hasil ujicoba kedua instrumen diantaranya :

Refleksi teknik memfasilitasi
Selama proses ujicoba, tim memiliki kesempatan untuk memfasilitasi instrumen yang digunakan. Dalam kesempatan itu jugalah, mereka dapat merasakan pengalaman dan mengambil pelajaran sebagai fasilitator dalam kegiatan kajian. Dari pengalaman memfasilitasi ini, pada akhirnya tim dapat mengevaluasi hal-hal negatif dan positif berkaitan dengan teknik fasilitasi yang dilakukan oleh masing-masing orang, seperti gaya berbicara, posisi badan, suara, sampai ke hal-hal ‘sepele’ tapi penting seperti teknik menulis dan ukuran tulisan di flipchart/papan tulis, penempatan media (flipchart, karton, gambar, dll), dan kebiasaan seorang fasilitator saat memfasilitasi. Dengan berbagi cerita dan saling memberikan penilaian masing-masing fasilitator saat sesi refleksi dan evaluasi kegiatan uji coba, keterampilan anggota tim sebagai fasilitator saat kajian nantinya dapat semakin baik.


fasilitator sedang memfasilitasi kajian menggunakan instrumen kajian 'kalender musim'
dalam kegiatan uji coba
teknik menulis dan penggunaan media fasilitasi
menjadi catatan penting bagi fasilitator dalam memfasilitasi 

Refleksi proses kajian
Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, bahwa kegiatan ujicoba dilakukan dengan tujuan memastikan ketepatan instrumen dan teknik (metodologi) yang digunakan dalam kajian. Dengan kata lain, kegiatan ini dapat merefleksikan proses kajian yang sesungguhnya. Melalui kegiatan ini, fasilitator dapat merasakan dan memperoleh gambaran mengenai situasi saat proses kajian, reaksi masyarakat yang hadir dan terlibat (ujicoba mengundang perwakilan aparat pemerintah desa, perwakilan organisasi/lembaga masyarakat, dan perwakilan masyarakat itu sendiri), dan berbagai permasalahan yang mungkin terjadi saat proses kajian berlangsung. Dari pengalaman inilah pada akhirnya masing-masing fasilitator dapat belajar untuk menyusun strategi dan trik-trik khusus untuk memperlancar jalannya diskusi dalam kajian. Sebagai contoh, saat fasilitator merasakan reaksi bahwa peserta kajian mulai bosan dan jenuh dengan kegiatan yang berjalan, fasilitator dapat mengambil inisiatif untuk melakukan ice breaking dengan permainan yang melibatkan seluruh peserta. Tujuannya agar kejenuhan peserta dapat hilang dan mereka dapat kembali berkonsentrasi mengikuti kegiatan.
suasana saat memfasilitasi masyarakat dalam pembuatan peta desa

Refleksi (konten) instrumen kajian
Dalam menentukan instrumen kajian, tim juga mendiskusikan hal-hal teknis seperti menyusun panduan pertanyaan dalam setiap instrument kajian, menentukan media yang digunakan, dan waktu pelaksanaannya. Penyusunan panduan tersebut didasarkan pada beberapa referensi (buku dan laporan kajian yang serupa) serta pengalaman dalam hal kajian. Namun, dalam kenyataannya terdapat beberapa hal (teknis) yang tidak dapat diterapkan sama pada semua masyarakat. Artinya, antara masyarakat yang satu dengan masyarakat lain yang notabene memiliki karakternya masing-masing membuat teknik memfasilitasi yang dilakukan fasilitator juga berbeda-beda. Sebagai contoh, masyarakat Desa Noebesa, TTS, NTT (tempat pelaksanaan ujicoba) yang sebagian besar mata pencaharian penduduknya adalah berkebun menjadi pertimbangan tersendiri bagi tim dalam melakukan wawancara dan FGD keluarga. Sehingga pada akhirnya, wawancara yang pada umumnya dilakukan di ruang khusus, membuat tim memutuskan untuk melakukan wawancara di kebun atau di rumah masyarakat (informan) sehingga diharapkan tidak menganggu kegiatan mereka dalam mencari nafkah. Dalam hal lain, melalui kegiatan ujicoba ini, tim dapat mendiskusikan kembali mengenai detail pertanyaan panduan dalam setiap instrument kajian, sehingga pertanyaan tersebut apakah sesuai dengan masyarakat dan dapat menjawab tujuan yang diharapkan dalam kajian atau tidak. 

No comments:

Post a Comment