Pengalaman adalah guru terbaik. Begitulah orang bijak
berpetuah. Dalam banyak hal, pengalaman baik itu menyenangkan maupun pengalaman
buruk sekalipun, akan memberikan pelajaran. “Dengan mendengar maka kita akan tahu, dengan melihat maka kita akan
mengingat, dan dengan melakukan maka kita akan merasakan” adalah pepatah
usang yang semakin menegaskan bahwa proses belajar yang paling baik tidak hanya
dengan mendengarkan dan membaca melainkan juga dengan ikut terlibat di
dalamnya. Atas dasar itulah kegiatan uji coba instrumen kajian dilakukan
sebagai tahap awal pelaksanaan program PRB ini. Karena tujuan awal program ini
berfokus pada pengidentifikasian kondisi masyarakat terkait isu PRB, perubahan
iklim dan manajemen ekosistem, maka memastikan ketepatan instrumen dan teknik
(metodologi) yang digunakan dalam kajian adalah hal yang perlu dilakukan.
Mengapa perlu? Hal ini jelas tergambar pada kalimat pembuka tulisan ini, bahwa
dengan tim melakukan ujicoba (simulasi) kajian dengan beberapa instrumen yang
telah ditentukan maka mereka akan dapat mengambil pelajaran dan merefleksikan
hal-hal yang dapat mendukung dan menghambat dalam pelaksanaan kajian nantinya. Sebagai
informasi, terdapat beberapa instrumen kajian yang direncanakan akan digunakan
selama kajian diantaranya peta desa, transek desa, pedoman wawancara sejarah
desa, diagram venn, kalender musim (mata pencaharian, kegiatan kemasyarakatan,
dan musim kebencanaan), kuisioner profil pendapatan dan pengeluaran keluarga, jam aktivitas keluarga, identifikasi akses dan
kontrol, serta peringkat kesejahteraan. Namun, karena keterbatasan waktu,
ujicoba terhadap semua instrumemen tersebut menjadi tidak mungkin. Sehingga
pada akhirnya, tim memutuskan menguji dua instrumen kajian yang dianggap dapat
mengungkapkan informasi-informasi dasar kajian, yaitu peta desa dan kalender
musim. Beberapa pembelajaran yang didapat dari hasil ujicoba kedua instrumen
diantaranya :
Refleksi teknik
memfasilitasi
Selama proses ujicoba, tim memiliki kesempatan untuk memfasilitasi instrumen yang digunakan. Dalam kesempatan itu jugalah, mereka dapat merasakan pengalaman dan mengambil pelajaran sebagai fasilitator dalam kegiatan kajian. Dari pengalaman memfasilitasi ini, pada akhirnya tim dapat mengevaluasi hal-hal negatif dan positif berkaitan dengan teknik fasilitasi yang dilakukan oleh masing-masing orang, seperti gaya berbicara, posisi badan, suara, sampai ke hal-hal ‘sepele’ tapi penting seperti teknik menulis dan ukuran tulisan di flipchart/papan tulis, penempatan media (flipchart, karton, gambar, dll), dan kebiasaan seorang fasilitator saat memfasilitasi. Dengan berbagi cerita dan saling memberikan penilaian masing-masing fasilitator saat sesi refleksi dan evaluasi kegiatan uji coba, keterampilan anggota tim sebagai fasilitator saat kajian nantinya dapat semakin baik.
fasilitator sedang memfasilitasi kajian menggunakan instrumen kajian 'kalender musim' dalam kegiatan uji coba |
teknik menulis dan penggunaan media fasilitasi menjadi catatan penting bagi fasilitator dalam memfasilitasi |
Refleksi proses
kajian
Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, bahwa
kegiatan ujicoba dilakukan dengan tujuan memastikan ketepatan instrumen dan
teknik (metodologi) yang digunakan dalam kajian. Dengan kata lain, kegiatan ini
dapat merefleksikan proses kajian yang sesungguhnya. Melalui kegiatan ini,
fasilitator dapat merasakan dan memperoleh gambaran mengenai situasi saat
proses kajian, reaksi masyarakat yang hadir dan terlibat (ujicoba mengundang
perwakilan aparat pemerintah desa, perwakilan organisasi/lembaga masyarakat,
dan perwakilan masyarakat itu sendiri), dan berbagai permasalahan yang mungkin
terjadi saat proses kajian berlangsung. Dari pengalaman inilah pada akhirnya masing-masing
fasilitator dapat belajar untuk menyusun strategi dan trik-trik khusus untuk
memperlancar jalannya diskusi dalam kajian. Sebagai contoh, saat fasilitator
merasakan reaksi bahwa peserta kajian mulai bosan dan jenuh dengan kegiatan
yang berjalan, fasilitator dapat mengambil inisiatif untuk melakukan ice breaking dengan permainan yang
melibatkan seluruh peserta. Tujuannya agar kejenuhan peserta dapat hilang dan
mereka dapat kembali berkonsentrasi mengikuti kegiatan.
suasana saat memfasilitasi masyarakat dalam pembuatan peta desa |
Refleksi (konten)
instrumen kajian
Dalam menentukan instrumen kajian, tim juga
mendiskusikan hal-hal teknis seperti menyusun panduan pertanyaan dalam setiap
instrument kajian, menentukan media yang digunakan, dan waktu pelaksanaannya. Penyusunan
panduan tersebut didasarkan pada beberapa referensi (buku dan laporan kajian
yang serupa) serta pengalaman dalam hal kajian. Namun, dalam kenyataannya
terdapat beberapa hal (teknis) yang tidak dapat diterapkan sama pada semua
masyarakat. Artinya, antara masyarakat yang satu dengan masyarakat lain yang
notabene memiliki karakternya masing-masing membuat teknik memfasilitasi yang
dilakukan fasilitator juga berbeda-beda. Sebagai contoh, masyarakat Desa
Noebesa, TTS, NTT (tempat pelaksanaan ujicoba) yang sebagian besar mata pencaharian
penduduknya adalah berkebun menjadi pertimbangan tersendiri bagi tim dalam
melakukan wawancara dan FGD keluarga. Sehingga pada akhirnya, wawancara yang
pada umumnya dilakukan di ruang khusus, membuat tim memutuskan untuk melakukan
wawancara di kebun atau di rumah masyarakat (informan) sehingga diharapkan
tidak menganggu kegiatan mereka dalam mencari nafkah. Dalam hal lain, melalui
kegiatan ujicoba ini, tim dapat mendiskusikan kembali mengenai detail
pertanyaan panduan dalam setiap instrument kajian, sehingga pertanyaan tersebut
apakah sesuai dengan masyarakat dan dapat menjawab tujuan yang diharapkan dalam
kajian atau tidak.
No comments:
Post a Comment