Tuesday 5 March 2013

Pada awalnya.. (bagian 1)

: tentang proses pencarian dan komitmen




Dalam melaksanakan tugas-tugas pemberdayaan, sebuah LSM harus memiliki komitmen penuh untuk bekerja dengan masyarakat. Dalam hal ini, bukanlah lembaga sebagai sebuah institusi yang dituntut atas komitmen tersebut, melainkan orang-orang yang berada di dalamnya. Hal tersebut didasari pada kesadaran bahwa dengan komitmen, seseorang akan dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya untuk dapat mencapai tujuan pemberdayaan itu sendiri (tentunya sesuai dengan aturan-aturan yang telah dibuat dan disepakati bersama). Namun, patut disadari bahwa komitmen saja tidak cukup dalam upaya pemberdayaan masyarakat. Para penggiat masyarakat ini (begitu saya menyebutnya) juga wajib mempunyai pengetahuan dan pemahaman yang mantap tentang pemberdayaan masyarakat itu sendiri beserta teknik-teknik memfasilitasi masyarakat dalam mewujudkan masyarakat yang mandiri. Pengetahuan yang diberikan tentunya diintegrasikan dengan tema atau isu yang diangkat dalam program yang diselenggarakan (dalam hal ini adalah pengurangan risiko bencana yang terintegrasi dengan perubahan iklim dan manajemen lingkungan). Kesadaran akan pentingnya menyampaikan pengetahuan dan pemahaman kepada para penggiat masyarakat inilah yang membuat BSK membuat pelatihan kepada timnya sebagai bekal sebelum mereka turun lapangan. Selain dapat membangun pemahaman bersama mengenai konsep pengurangan risiko bencana yang terintegrasi dengan perubahan iklim dan manajemen lingkungan, melalui proses ini kerjasama anggota tim juga dapat terbangun. 

Proses rekrutmen tim
Untuk mendapatkan orang-orang yang mempunyai komitmen penuh dalam menjalankan tugas-tugas pemberdayaan masyarakat, proses rekrutmen yang objektif sangat diperlukan. Ohya, dalam proses ini, perekrutan orang/penduduk setempat (lokal) sebagai fasilitator atau tenaga pendamping nantinya mempunyai keuntungan tersendiri. Selain karena dapat membuka lapangan kerja bagi penduduk setempat, perekrutan tenaga pendamping lokal dinilai dapat membuat proses kegiatan program dapat berjalan lebih efektif karena mereka memahami karakteristik masyarakat, budaya, lingkungan setempat dan tentunya bahasa lokal yang dapat sangat mempengaruhi keberhasilan program. Oleh karena itu, tim perekrut juga harus pandai-pandai memilih dan menentukan orang-orang yang akan bergabung menjadi tim program. Tim perekrut dapat mengidentifikasinya melalui latar belakang pendidikan dan pengalaman dalam bidang pemberdayaan yang tercantum dalam daftar riwayat hidup yang mereka kirimkan, untuk kemudian dapat diperdalam dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan terkait pengalaman di bidang pemberdayaan pada sesi wawancara. Melalui proses ini juga dapat diidentifikasi kebutuhan terhadap materi yang akan diberikan selama proses pelatihan dan penguatan tim dengan melihat pengetahuan dan keterampilan memfasilitasi mereka pada saat sesi wawancara.

Dalam hal lain, sebagai salah satu daerah yang mempunyai permasalahan kompleks baik di tingkat pemerintahan maupun tingkat grassroot, Provinsi NTT khususnya Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) menjadi magnet bagi banyak LSM baik internasional maupun lokal atau nasional untuk berbondong-bondong menyelenggarakan program pemberdayaannya di sini. Hal ini menjadi keuntungan sekaligus tantangan tersendiri bagi BSK. Di satu sisi, melalui keberadaan lembaga-lembaga ini, BSK dapat berjejaring dan bersinergi dalam melaksanakan setiap kegiatannya. Namun di sisi lain, keterbatasan sumber daya manusia (SDM) terlebih yang memiliki pemahaman dan berpengalaman dalam kegiatan pemberdayaan memaksa BSK untuk lebih giat mencari dan menghubungi pihak-pihak yang pernah bekerjasama dengannya. Hal ini juga yang menjadikan proses rekrutmen menjadi lebih lama dari yang direncanakan. Dengan berbekal nomor kontak beberapa pihak yang pernah bekerjasama dengan BSK dalam penyelenggaraan program di TTS, singkat kata, BSK mendapatkan beberapa pelamar yang memiliki pengalaman dalam bidang pemberdayaan. Karena dengan melihat dokumen riwayat hidup saja tidak cukup untuk dapat mendapatkan SDM yang sesuai dengan criteria yang dibutuhkan dalam program, maka tim rekrutmen mengadakan sesi rekrutmen lanjutan dengan beberapa agenda inti yaitu wawancara, diskusi singkat dan sharing pengetahuan dasar mengenai beberapa persoalan yang menjadi tema program (lingkungan dan  pengurangan risiko bencana dengan mengarusutamakan isu gender) serta simulasi fasilitasi masyarakat dengan persoalan tersebut. Dengan beberapa teknik yang dilakukan dalam proses rekrutmen tersebut, dapat diidentifikasi dan diperoleh gambaran secara utuh mengenai pengetahuan, pemahaman dan keterampilan yang dimiliki oleh para pelamar dalam bidang pemberdayaan masyarakat. 


*****

No comments:

Post a Comment