Menjadi
tenaga pemberdayaan masyarakat ibarat menanam bibit untuk kelangsungan hidup. Kita
harus mengetahui karakteristik tanah, jenis bibit, dan pengelolaannya. Jika bibit
atau jenis tanaman yang ditanam tidak sesuai dengan karakter tanah ataupun
pengelolaannya tidak tepat, maka hasilnya akan jauh dari harapan. Hal itulah
yang menjadi dasar pemikiran (atau semacam keyakinan) yang wajib dimiliki para penggiat
masyarakat, baik organisasi non pemerintah maupun pemerintah itu sendiri, dalam
melaksanaan setiap programnya. Para penggiat (program pemberdayaan) masyarakat harus
mengetahui dan memahami terlebih dahulu karakter masyarakat yang akan menjadi
mitranya. Kata ‘mitra’ di sini memiliki makna yang besar yaitu masyarakat
terlibat secara utuh sebagai penyelenggara program atau upaya pemberdayaan itu
sendiri. Dengan kata lain, menempatkan masyarakat sebagai obyek dalam upaya
pemberdayaan masyarakat adalah sebuah dosa besar. Masyarakat yang memiliki
pengetahuan dan pemahaman utuh mengenai kehidupan dan lingkungannya pada
akhirnya akan lebih mengetahui apa yang menjadi kebutuhan dalam upaya kelangsungan
hidup mereka. Penggiat pemberdayaan masyarakat, dalam hal ini adalah Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM) memiliki peran untuk memfasilitasi masyarakat dalam
mengungkapkan situasi dan kondisi yang dihadapinya demi mencapai kondisi yang
dicita-citakan : sejahtera. Tentunya dengan memfokuskan upaya fasilitasi
tersebut pada suatu tema yang diusung karena (tidak dapat dipungkiri) LSM juga
harus mempertimbangkan keterbatasan sumber daya yang ada.
Bina Swadaya Konsultan (BSK) sebagai salah satu lembaga jasa konsultansi nasional yang bergerak di bidang
pemberdayaan masyarakat merupakan LSM yang berisi para penggiat masyarakat yang
berkomitmen menjadikan masyarakat sebagai mitra dalam tiap program pemberdayaan
masyarakat yang diselenggarakannya. Tak terkecuali dalam program pengurangan
risiko bencana (PRB) yang dilakukannya di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS),
Nusa Tenggara Timur. Program Pengurangan Risiko
Bencana Berbasis Masyarakat (PRB-BM) adalah sebuah proses pemberdayaan
masyarakat yang partisipatif dalam mengelola bencana baik sebelum, pada saat,
dan sesudah terjadi bencana. Dalam program ini masyarakat diajak
melakukan kajian bencana, membuat perencanaan mengelola bencana, dan
melaksanakannya melalui kelompok swadaya masyarakat (KSM) dengan melibatkan
para pemangku kepentingan. Diharapkan melalui program ini, masyarakat mampu
mengelola risiko bencana secara mandiri untuk menghindari, mengendalikan
risiko, mengurangi maupun memulihkan dari dampak bencana. Sehingga pada
akhirnya kesadaran akan bencana yang bukan semata-mata takdir yang tidak dapat
dihindari melainkan juga dampak akumulatif dari apa yang diperbuat manusia terhadap alamnya,
dapat muncul di masyarakat. Lebih jauh lagi, masyarakat dapat membentuk suatu
mekanisme pencegahan dan pengurangan risiko bencana yang sesuai dengan
lingkungannya sehingga pada akhirnya dapat menunjang upaya mereka dalam
menciptakan kehidupan yang harmonis dan sejahtera. Di sinilah, BSK melalui timnya yang berkomitmen penuh sebagai
pendamping masyarakat dalam program PRB mewujudkan cita-cita tersebut. Dan inilah
kami!
tim BSK Soe, TTS, NTT |
No comments:
Post a Comment